Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ahli: Mutasi Virus Corona Sesuatu yang Wajar, Ini Sebabnya

Ahli: Mutasi Virus Corona Sesuatu yang Wajar, Ini Sebabnya
Ilustrasi Corona Virus (Ist)

NewsTekno - Sebuah penelitian menunjukkan SARS-CoV-2, virus corona yang menyebabkan Covid-19 telah bermutasi menjadi dua strain. Satu diantaranya bahkan diyakini lebih agresif, sehingga cepat menular.

Meski demikian, mutasi ini menjadi perdebatan antar ilmuwan. Sebagian di antaranya menyakini tidak ada bukti jika virus corona telah berubah menjadi lebih cepat menular.

Saat ini istilah 'mutasi' memberikan konotasi yang menakutkan terhadap perubahan yang terjadi pada suatu virus.

Seolah-olah berdampak pada betapa mudahnya menginfeksi dan seberapa serius dapat menyebabkan manusia jatuh sakit. Padahal, mutasi merupakan bagian yang normal dalam siklus kehidupan suatu virus.

Virus terdiri dari materi genetik atau RNA yang terbungkus oleh protein. Ketika menginfeksi inang, seperti manusia, virus membuat salinan baru dari data genetik mereka untuk ditiru.

Namun, terkadang salinan tersebut tidak sesuai, membuat perubahan kecil dalam informasi genetik virus.

Seperti anak-anak yang melakukan kesalahan ketika menyalin informasi dari papan tulis ke bukunya, terjadi sedikit perubahan. Nah, itulah yang disebut mutasi.

"Mutasi virus adalah fitur replikasi virus yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Meskipun penting untuk memantau mutasi virus. tapi bukan berati jadi satu-satunya perhatian," ujar Oscar MacLean, seorang Bioinformatika di Pusat Penelitian Virus University of Glasgow, Inggris seperti dilansir dari Newsweek, Jumat (8/5/2020).

Semua orang setuju bahwa SARS-CoV-2 memang telah bermutasi, tapi itu bukanlah suatu hal yang mengejutkan, mengingat mutasi adalah siklus yang normal pada suatu virus. Sejauh ini, ada 7.237 mutasi yang telah didokumentasikan.

Pekan ini, memang terdapat beberapa hasil penelitian yang dipublikasikan terkait perkembangan mutasi virus corona yang sebabkan Covid-19, baik dari University College London, Inggris maupun Arizona State University, Amerika Serikat.

Meski demikian, perlu mutasi yang sangat signifikan agar jenis baru SARS-CoV-2 dapat dideklarasikan.

Para ahli menyatakan, hingga saat ini belum ada bukti terjadinya perubahan signifikan pada virus yang menyebabkan Covid-19.

MacLean mengingatkan, harus berhati-hati untuk mendeskripsikan 'tipe' baru dari virus corona. Lantaran, ini bisa menjadi istilah yang terlalu sugestif bagi masyarakat.

Merujuk pada sebuah penelitian yang dilakukannya dan telah diterbitkan dalam jurnal Virus Evolution, MacLean mengatakan tidak ada bukti konklusif yang menyatakan bahwa 7.237 mutasi tersebut memiliki efek pada perubahan fungsi SARS-CoV-2.

"Sebagian besar mutasi ini kemungkinan akan menemui jalan buntu, baik yang terjadi pada individu dan pada yang tidak ditransmisikan atau dalam rantai transmisi, akan gagal secara kebetulan," katanya.

Sebagian besar virus RNA bermutasi dengan cepat, tetapi dibandingkan dengan yang lainnya, SARS-CoV-2 sebenarnya bermutasi dengan cukup lambat. Menurutnya, virus corona penyebab Covid-19 masih memiliki satu strain saja.

Studi Lonjakan Protein Diragukan

MacLean's mengatakan penelitian timnya menimbulkan keraguan atas klaim yang dibuat dalam makalah pendahuluan yang dirilis oleh tim peneliti di Los Alamos National Laboratory di California.

Dalam studi tersebut, dinyatakan terjadi mutasi yang berkaitan dengan lonjakan protein dan mendorong 'adanya masalah yang mendesak'.

Penelitian ini menunjukkan mutasi membuat satu jenis virus lebih menular daripada jenis aslinya yang berasal dari Wuhan, China.

Alissa Eckert dan Dan Higgins, ilustrator dari Centers for Disease Control and Prevention, diminta untuk membuat ilustrasi virus corona yang mampu menarik perhatian publik.the new york times Alissa Eckert dan Dan Higgins, ilustrator dari Centers for Disease Control and Prevention, diminta untuk membuat ilustrasi virus corona yang mampu menarik perhatian publik.

Studi juga mengungkapkan mutasi baru dari virus corona yang asli mulai menyebar di Eropa pada awal Februari 2020 dan dengan cepat ke sejumlah negara lainnya, dan menjadi jenis yang paling dominan di dunia.

Untuk melihat apakah mutasi membuatnya lebih menular, mereka menilai data genetik pada sampel virus yang dikumpulkan dari pasien di sekitar kota Sheffield di Inggris, dan menemukan pasien ini tampaknya memiliki tingkat virus yang lebih tinggi.

Para ahli lainnya menyatakan, bukan berarti saat ini ada dua strain virus corona yang beredar, dengan satunya dikabarkan lebih menular dan mengancam.

Mereka berpendapat, klaim tentang penularan virus itu dilebih-lebihkan. Sebab, mutasi yang sering muncul dalam suatu populasi tidak selalu mencerminkan perubahan dalam fungsi suatu virus.

Adapun penelitian oleh Los Alamos National Laboratory ini diunggah ke situs bioRxiv, yang dikenal sebagai situs web pra-cetak dari publikasi penelitian.

Itu berarti temuan tersebut belum melalui proses peer-review yang ketat yang diperlukan untuk mempublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Profesor Evolusi Patogen di UCL di Inggris, Richard Goldstein menyatakan, dirinya menemukan analisis mutasi itu 'tidak meyakinkan' secara keseluruhan.

Ada beragam alasan yang mungkin muncul dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan virus untuk menyebar.

Misalnya, virus mungkin muncul di lokasi dengan kepadatan populasi yang tinggi, di wilayah yang tidak memiliki infrastruktur medis atau epidemiologis dengan baik, di wilayah yang tidak mempraktikkan aturan jarak sosial, atau di temat-tempat pusat transportasi.

Goldstein juga mempertanyakan pendekatan tim untuk mendukung klaim mereka dengan pengamatan bahwa mutasi menjadi lebih lazim di wilayah geografis yang berbeda, karena mereka tidak terisolasi atau tidak independen satu sama lain.

Dia mengatakan ketika pandemi Covid-19 terus melonjak, memang penting untuk mengkarakterisasi perilaku dalam proses penyebaran virus dan mengenai perubahan dalam perilaku tersebut.

"Dan itu sama pentingnya dengan mengenali keterbatasan dalam data, dan menahan diri untuk tidak membuat klaim yang kurang mendukung (tentang mutasi virus corona)," katanya. [Blog Teknisi]

Sumber : KOMPAS

Posting Komentar untuk "Ahli: Mutasi Virus Corona Sesuatu yang Wajar, Ini Sebabnya"

close